Rentenir (lintah darat) yang berkedok koperasi makin hari makin banyak saja yang beroperasi di wilayah Cidenok. Dari pantauan kami, tak kurang dari 15 rentenir berkedok koperasi simpan pinjam atau yang oleh penduduk setempat biasa disebut dengan bank harian ini beroperasi di wilayah Cidenok dan sekitarnya. Sasaran mereka adalah warung-warung kecil, buruh tani, ibu-ibu rumah tangga dan kelas ekonomi lemah lainnya. Modus yang mereka gunakan adalah dengan mendatangi calon nasabahnya door to door dan mengaku sebagai petugas dari salah satu koperasi simpan pinjam (kosipa). Kemudian mereka menawarkan pinjaman tanpa agunan kepada calon nasabahnya tersebut dengan mematok bunga sekitar 25 % untuk jangka waktu pengembalian satu bulan.
Hal ini diakui oleh WN (36) salah satu pedagang es di Cidenok, “Mereka datang dan menawarkan pinjaman tanpa agunan dengan syarat yang begitu mudah. Jika kita sepakat dengan cicilan dan bunganya, hanya bermodalkan photo copy KTP dan KK pinjaman bisa langsung diberikan pada hari itu juga. Saya pernah ngambil yang satu juta, dengan cicilan per hari Rp 50.000, atau dalam satu bulan menjadi Rp 1.250.000.”
Sebagai pelaku usaha kecil yang terdesak kebutuhan modal, warga RT 002 RW 003 ini awalnya merasa tertolong dengan adanya pinjaman ini. Namun, ia mulai menyadari bahwa dirinya terlilit utang ketika dia mengajukan pinjaman kedua sebelum melunasi pinjaman sebelumnya. “Bunganya kan besar, jadi setiap bulan saya cuma mampu bayar bunganya saja. Sementara cicilan pokoknya tidak terbayar,” ujarnya.
Bunga yang sedemikian tinggi dengan jangka pengembalian yang begitu singkat tersebut tak ayal lagi membuat banyak warga Cidenok yang pada akhirnya terlilit hutang dan usahanya menjadi terganggu bahkan tak sedikit yang jatuh bangkrut.
Ketika ditanya kenapa mereka lebih memilih meminjam kepada rentenir tersebut meski tahu bunga yang ditawarkan sedemikian tinggi, banyak korbannya mengaku karena mereka tak punya pilihan lain. SR (40) misalnya, dia mengatakan lebih memilih untuk meminjam kepada rentenir tersebut karena yang bisa memberikan pinjaman tanpa disertai agunan ya cuma rentenir itu. Dan ketika dia ditanya lebih lanjut apakah mereka tahu dengan program-program pinjaman bergulir (revolving fond) seperti SPP-PNPM, PPK, Bimas, KUR, dan sebagainya mereka mengaku tak tahu menahu soal program-program tersebut.
Menyikapi hal tersebut, Wadi yang juga merupakan manajer UPK Cidenok Mandiri Sejahtera (sebuah lembaga simpan pinjam yang berinduk pada PNPM MP) sadar bahwa praktik-praktik rentenitas yang ada dikampungnya itu sudah sedemikian laten dan meresahkan, begitu ingin mendirikan koperasi simpan pinjam di desanya dengan mengadopsi kemudahan a la rentenir tersebut tapi dengan bunga yang rendah, untuk mencegah lebih banyak lagi korban yang terlilit belitan lintah darat tersebut, karena menurutnya keberadaan lembaga UPK yang dia pimpin belum sepenuhnya mampu berbuat banyak untuk menghalau rentenir tersebut karena UPK yang dia manajeri mengharuskan para nasabahnya untuk tergabung dalam satu kelompok KSM yang membuat para ibu-ibu yang memerlukan bantuan modal tersebut ketakutan karena adanya pasal tanggung renteng. Tapi, seperti pengakuannya ia bingung harus memulai dari mana. Dalam kesempatan itu juga, ia menghimbau kepada aparat terkait untuk menindak rentenir berkedok kosipa tersebut. “Koperasi yang sah kan koperasi yang sudah berbadan hukum atau terdaftar di Dinas Koperasi, Industri, Perdagangan, dan Pertanian dan juga bunganya sesuai etika bisnis koperasi, yakni bunga yang dibebankan kepada anggota tidak lebih dari 5% per bulan. Sedangkan rentenir yang berkedok koperasi mematok bunga 25% per bulan kepada anggotanya. Itu kan sudah jelas menyalahi aturan,” ujarnya.
raft titanium - Titanium Arts
ReplyDeleteraft titanium are not just head titanium tennis racket great snow peak titanium for decor and decoration for the ridge wallet titanium traditional snow peak titanium wooden vessel, it smith titanium is also a great way to show the craft.